Judul : Career Of Evil (Titian Kejahatan)
Penulis : Robert Galbraith
Alih Bahasa : Siska Yuanita
Tahun terbit : 2015
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 552
Penerbit : Gramedia Pustaka
Seolah menjadi lagu ritual, tiap potongan lirik dan judul lagu Blue Oyster Cult menjadi pembuka di setiap bagian cerita berdarah, bertulang dan berdaging (-baca, mutilasi). Sepertinya Rowling mulai enggan bermain-main dengan kisah penyelesaian kasus klien Strike, novel ini malah mengisahkan kasus yang menimpa Strike yang tak kalah berbahaya dari dua buku sebelumnya. Mungkin ini sebagai bentuk peralihan agar pembaca tidak bosan, atau sebagai peringatan bahwa tak selamanya seorang detektif partikelir, mantan tentara Angkatan Darat itu selalu bisa merasa aman. Strike yang berhasil lolos dari bom Afghanistan, ternyata belum 100% lolos dari masa lalunya yang begitu mencekam. Entah bagaimana novel ini ketiga ini ditulis, tapi bagian-bagiannya seperti sudah disimpan pada novel pertama dan kedua, seperti potongan daging beku yang disimpan di freezer yang akan dikeluarkan pada waktunya.
Lirik lagu Blue Oyster Cult dikirimkan bersama potongan kaki perempuan yang dialamatkan kepada Robin , Asisten Strike. Seolah menyindir, pengirim ini jelas mengetahui sebelah kaki Strike yang diamputasi karena terkena bom di Afghanistan. Sebelum Strike dan Robin berhasil menghentikannya, pembunuh kembali beraksi dengan sepak terjang yang semakin parah.
Mimpi Buruk
Penerjemah novelnya, Siska Yuanita bilang, Career Of Evil ini membawanya mimpi buruk dengan emosi yang naik turun saat menerjemahkannya, bahkan Rowling mengakui dia mengalami mimpi buruk berkali-kali saat menyelesaikan tulisan ini. Semua orang yang sudah membaca novelnya dalam diskusi tersebut menyatakan hal yang sama, emosi naik turun, mimpi buruk, page turner dan rasa kesal begitu mendapati mereka sudah membuka halaman terakhir.
Emosi Naik Turun
emosi kita akan naik turun , seolah-olah kita bisa rasain kegelisahan Strike, perasaan Robin yang mulai baper. Kadang ditengah-tengah baca , saya ngerasa ikutan capek nyari pembunuh dan pas mau buka buku lanjut lagi, gak tau kenapa ada perasaan gak siap ketemu kenyataan yang sebenarnya, takut ketemu tiba-tiba sama si pembunuh. Kenapa ya? padahal jelas-jelas si pembunuh ada di London, Indonesia masih aman !