Saturday, April 30, 2016

Resensi : The Silkworm (Ulat Sutra)








Judul          : The Silkworm (Ulat Sutra)
Penerbit     : Gramedia Pustaka
Penulis       : Robert Galbraith 
Edisi          : Soft Cover
Tahun Terbit : 2014
Alih Bahasa  : Siska Yuanita
Jumlah halaman : 532 

Kali ini Cormoran Strike kembali lagi bersama sang Asisten Robin Ellacott (pada buku pertama, masih menjadi sekretaris temporer) dengan kasus barunya yang lebih menantang, setelah kesuksesannya memecahkan kasus di buku pertama Cuckoo's Calling.
Kasus yang dipegangnya terlihat biasa saja, seorang istri penulis bernama Leonora Quine mencari suaminya yang kabur dari rumah, Owen Quine. Didasari oleh rasa bosan karena Strike menyelesaikan kasus yang repetitif dan kasihan kepada Leonora Quine yang malang, Strike memulai pencariannya dan berharap Ia dapat menemukan dan membujuk Owen untuk pulang kepada istrinya. Namun hasil pencariannya mengejutkan, Owen Quine ditemukan mati terikat dan kehilangan bagian tubuhnya, setelah diselidiki Owen baru saja menyelesaikan novel yang berjudul Bombyx Mori (bahasa latin, Ulat Sutra) isi novel tersebut menuai kontroversial karena menyinggung tajam beberapa orang yang dikenalnya, maka peluang untuk orang-orang tersebut untuk melenyapkan Owen Quine semakin besar. Lewat naskah novel karangan Owen Quine yang begitu menjijikan dan mengerikan ini, Strike dipaksa berpikir keras untuk mencari sang pembunuh keji yang menyebabkan Ia berhadapan dengan kerabat lamanya di Kepolisian, namun bukan kerjasama yang terjalin, malah keretakan yang terjadi diantara mereka karena rasa egois dan pendapat yang tidak berimbang.
Leonora sang istri malang kini harus menanggung kenyataan bahwa suaminya tak hanya kabur dari rumah, juga harus menjaga anak mereka yang memiliki keterbelakangan. Di tengah kesulitan yang Leonora alami seakan tidak cukup, polisi malah menangkap Leonora dengan bukti-bukti gegabah yang ditemukan sebagai pembunuh suaminya sendiri. 
Strike dan Robin berpacu dengan waktu, mereka harus segera menemukan pembunuh Owen Quine bukan hanya sebagai penutup kasus tapi juga sebagai penyelamat Leonora yang sama sekali tidak bersalah .

Hindari makan, sambil membaca

Jika anda hobby membaca sambil makan, maka untuk buku ini kurang disarankan membaca sambil makan , atau jika anda memaksa silahkan tanggung sendiri resikonya :)
Pada beberapa halaman kita akan menemui hal-hal kotor, mesum yang terlalu menjijikan untuk keluar dari mulut apalagi dibayangkan. Seperti detail kondisi mayat Owen Quine ketika ditemukan, juga isi novel Bombyx Mori yang bahasanya terlalu eksplisit seolah menggambarkan sosok Owen Quine sebagai penulis yang menghalalkan segala kosa kata hanya karena menurutnya itu dalam konteks sastra.

Dunia yang berbeda 

Berbeda dengan buku pertama petualangan Strike yang berada dalam dunia hiburan, kini petualangan tersebut akan menguak dunia sasta, kepenulisan di London. Strike mulai menemui penerbit, editor juga penulis-penulis novel seperti Owen Quine.

Tokoh baru dan kisah yang semakin gelap

Dalam penyelesaian kasus ini, Strike mendapat dukungan dari tokoh-tokoh baru. Tak hanya itu , penderitaannya juga baru, kisah percintaan Strike semakin gelap, mantan tunangan yang dulu pergi darinya, bukan hanya pergi tapi telah menyandang status baru yaitu menikah seolah-olah dinding diantara mereka makin dipertebal dan ditinggikan sehingga tak bisa ditembus lagi.

Akankah ada kasus berikutnya?

Setelah hasil akhir yang kembali membuat kita tercengang, kita akan dibuat menunggu kasus selanjutnya. Kasus apalagi yang dapat menjadi sepak terjang Cormoran Strike? Klien mana lagi yang memiliki masalah hingga harus mendatangi Strike? Penjahat mana lagi yang akan dikejar Strike? Sanggupkah Strike menyelesaikannya tanpa luka dan bahaya?  
Rating : 3,5/5,0
Foto : Santmagazine

No comments:

Post a Comment