Pagi hari yang produktif biasanya aku dan penghuni rumah lainnya sama sibuknya, jalan sering tabrakan, barang-barang pindah dari tempatnya , yang tadinya mau cepet-cepet bisa jadi lelet-lelet . Huuh…ngerusak mood duluan kan pagi-pagi , gimana mau semangat aktifitas nanti siang ?
Kadang kepikiran sih,
Ini tuh , rumahku yang kekecilan ? tapi kalau beli rumah lagi yang lebih besar udah jelas besar harganya alias mahal
Atau rumahku penghuninya yang kebanyakan ? bisa dikurangin sih, tapi kita tinggal gak sekeluarga lagi dong, ih sedih banget
oh..atau perabotannya yang kebanyakan? Kebesaran? Harus dikecilin atau harus dikurangin ya? Atau harus ganti pakai furniture dekorasi rumah minimalis yang lagi diskon di MatahariMall.com ?
Ok! Pilihan yang ketiga dikunci, kayaknya daripada ganti rumah atau mengurangi penghuninya lebih baik ganti furniture aja, soal harga gak masalah karena MatahariMall.com kasih diskon besar-besaran buat furniture dekorasi rumah minimalis .
Wednesday, November 9, 2016
Tuesday, October 11, 2016
Sensasi Kertas
Orang bilang, kalau gak ngikutin jaman ya ketinggalan jaman, kudet (kurang update) atau kuno dan segambreng istilah lainnya , tapi kalau masalah selera orang ,masalah sensasi orang tentu gak bisa disamain :)
Tahun demi tahun angkanya memang selalu bertambah, jaman juga berubah , kita ada di era digital , dimana 8 dari 10 orang di mana-mana memegang Smartphone , entah hanya untuk membalas pesan , membuka laman internet , mendengarkan musik, melihat dan mengambil foto. Lewat benda berukuran 5-7 inch ini , kita bisa melakukan apa saja yang kita mau, ya sesuai namanya Smartphone.
'pintar'
Tanpa bermaksud fanatik atau tidak mau mengikuti jaman, bagi para penggemar hal-hal seperti mendengarkan musik atau membaca, aktifitas menggunakan smartphone ini pasti terasa bedanya. Mendengarkan musik dengan aplikasi online atau berbayar dalam Smartphone , hanya semudah menyentuhkan ujung jari dan lagu pun berputar sesuai keinginan, hanya dengan gerakan 1 jempol pula, kita dapat memilih lagu mana yang ingin kita putar ya semudah itu....
Tapi bicara sensasi, lain lagi
Tahun demi tahun angkanya memang selalu bertambah, jaman juga berubah , kita ada di era digital , dimana 8 dari 10 orang di mana-mana memegang Smartphone , entah hanya untuk membalas pesan , membuka laman internet , mendengarkan musik, melihat dan mengambil foto. Lewat benda berukuran 5-7 inch ini , kita bisa melakukan apa saja yang kita mau, ya sesuai namanya Smartphone.
'pintar'
Tanpa bermaksud fanatik atau tidak mau mengikuti jaman, bagi para penggemar hal-hal seperti mendengarkan musik atau membaca, aktifitas menggunakan smartphone ini pasti terasa bedanya. Mendengarkan musik dengan aplikasi online atau berbayar dalam Smartphone , hanya semudah menyentuhkan ujung jari dan lagu pun berputar sesuai keinginan, hanya dengan gerakan 1 jempol pula, kita dapat memilih lagu mana yang ingin kita putar ya semudah itu....
Tapi bicara sensasi, lain lagi
Thursday, September 1, 2016
Super September MatahariMall
Akhir bulan selalu akan disambung oleh awal bulan…
Yang meninggalkan selalu akan digantikan…
Kesedihan berlalu , akan datang kesenangan…
Nah, jadi siapa yang merasa sedih meninggalkan akhir bulan ?
Gaji yang baru datang, pergi kembali
Awal bulan gigit jari
Ada yang begitu?
aku sih, aku ingin yang itu, aku ingin yang ini, ingin ini itu banyak sekali….. la…la…la…
Kemudian nyanyi.
Stop !
karena pas liat ini :
Monday, August 15, 2016
Jadi "Bridemaids" aja dulu, Jadi "Bride" kemudian
Beberapa hari lalu, media sosial sempat ramai dengan meme "17 tahun udah nikah , kalian yang 25++ dah ngapain aja?"
yhaaa...kurang lebih begitu bunyinya.
Tentu saja meme tersebut menimbulkan pro dan kontra, bagi yang pro menyetujui gagasan menikah muda dengan alasan-alasan yang kuat, yang kontra menyatakan umur bukan ukuran untuk menikah atau beberapa selebtweet menyikapi meme tersebut dengan tanggapan pribadi seperti, nikah itu kalau udah siap, kalau udah ada calonnya dan lain lain dan lain lain.....
Gue bukan ingin menunjukan di pihak mana gue berdiri , di pihak pro atau kontra. Tulisan ini lebih ke isi pikiran aja, karena gue sendiri belum menikah dan bukan kapasitasnya gue untuk menggurui ini itu. Ini cuma tulisan yang ditulis dari seorang gadis 23 tahun yang masih sering kondangan tanpa partner atau beberapa kali bantuin yang nikahan (selanjutnya gue bahasain "bridemaids", padahal arti sebenernya sih pengiring pengantin :P )
yhaaa...kurang lebih begitu bunyinya.
Tentu saja meme tersebut menimbulkan pro dan kontra, bagi yang pro menyetujui gagasan menikah muda dengan alasan-alasan yang kuat, yang kontra menyatakan umur bukan ukuran untuk menikah atau beberapa selebtweet menyikapi meme tersebut dengan tanggapan pribadi seperti, nikah itu kalau udah siap, kalau udah ada calonnya dan lain lain dan lain lain.....
Gue bukan ingin menunjukan di pihak mana gue berdiri , di pihak pro atau kontra. Tulisan ini lebih ke isi pikiran aja, karena gue sendiri belum menikah dan bukan kapasitasnya gue untuk menggurui ini itu. Ini cuma tulisan yang ditulis dari seorang gadis 23 tahun yang masih sering kondangan
Friday, August 12, 2016
The Girl On The Train (yang Ia lihat dari kereta)
Novel yang ditulis oleh Paula Hawkins ini cukup menarik minat baca gue hanya dari sampulnya
*P.s yang gue punya ini sampul versi novel Indonesia.
gambar yang terlihat adalah kompatemen kereta, dan bercak darah di tulisan THE GIRL ON THE TRAIN yang menggunakan efek panning, menandakan pergerakan kereta (dalam novel ini disebut commuter) yang cepat.
Karena penasaran , gue baca bagian belakang yang menuliskan sinopsisnya :
Rachel menaiki kereta komuter yang sama setiap pagi. Di pinggiran London , keretanya akan berhenti di sebuah sinyal perlintasan, tepat di depan rumah nomor lima belas . Tempat sepasang suami istri menjalani kehidupan yang tampak bahagia bahkan nyaris sempurna. Pemandangan ini mengingatkan Rachel pada kehidupannya sendiri yang sebelumnya sempurna .
Pada suatu pagi Rachel menyaksikan sesuatu yang mengejutkan . Hanya semenit sebelum kereta bergerak, tapi itupun sudah cukup . Kini pandangannya terhadap pasangan itu pun berubah.
Poin plus ! sinopsisnya ok.
Poin plus ! akan difilmkan oleh DreamWorks bulan Oktober 2016.
Cocok lah buat bacaan di kosan, ok gue beli dan novel ini pun masuk ke dalam tas plastik berbayar 200 rupiah .
Monday, July 11, 2016
i'm not a traveler
Lokasi Foto : Pantai Belitung Sumatra Selatan
Indonesia itu Indah,
coba liat sekeliling kita aja , gak harus pergi jauh-jauh,
Tuhan sudah menyediakan keindahan yang sesungguhnya tanpa kita sadari dan tanpa kita minta.
Banyak orang disebut atau menyebut dirinya Traveler atau Backpacker karena sering berlibur, berpergian , dan berpetualang ke suatu tempat. Well, dengan sangat jelas gue bukan keduanya (Backpacker maupun Traveler) gue hanya orang dengan cetek pengalaman berpergian kesana-kesini, pergi kalau ada tiket murah, promo dan gratisan Bahkan itupun gak wajib, gue juga bukan orang yang mewajibkan untuk berpergian untuk berlibur selepas kerja, sebagai pekerja office hours yang dapat jatah cuti 12 hari dan libur sabtu, minggu , gue biasa menggunakannya untuk istirahat di Rumah, hang out , cari kegiatan baru, nemenin emak pergi dan nonton . Akun IG gue yang namanya @tan_aulika belum dipenuhi foto-foto landscape atau panorama level ribuan likes (yeeelaaaaah... ratusan juga gak nyampe) ya, cuma ada beberapa foto pas lagi jalan-jalan paling banyak 32 likes .______.
Seperti yang gue bilang tadi, trip gue tergantung beberapa faktor berikut :
1. Uang,
Karena gue tidak rajin menabung (jangan dicontoh ya adik-adik), gue biasanya baru mulai nabung kalau udah ketahuan destinasinya kemana, berangkat tanggal berapa. Makanya booking penginapan atau tiket, sangat disesuaikan dengan isi kantong seadanya atau ya kalau rejeki bisa ditalangin sama temen yang mau trip juga :)
Misalnya, jarak keberangkatan 1 bulan lagi ya mau gak mau 1 bulan gue baru nabung sekuat-kuatnya,
Sungguh sangat terpujilah orang-orang yang sudah menyisihkan bagian dari penghasilannya dan menjadwalkan waktunya untuk trip . Bahkan ada beberapa teman gue yang punya target dalam satu tahun dia akan kemana aja, dengan siapa, berapa dan kapan. Sungguh mereka ada dalam peringkat tagline "my trip my adventure"
Nah gue : belum ada tujuan, = belum nabung
Saturday, April 30, 2016
Resensi Career Of Evil (Titian Kejahatan)
Judul : Career Of Evil (Titian Kejahatan)
Penulis : Robert Galbraith
Alih Bahasa : Siska Yuanita
Tahun terbit : 2015
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 552
Penerbit : Gramedia Pustaka
Seolah menjadi lagu ritual, tiap potongan lirik dan judul lagu Blue Oyster Cult menjadi pembuka di setiap bagian cerita berdarah, bertulang dan berdaging (-baca, mutilasi). Sepertinya Rowling mulai enggan bermain-main dengan kisah penyelesaian kasus klien Strike, novel ini malah mengisahkan kasus yang menimpa Strike yang tak kalah berbahaya dari dua buku sebelumnya. Mungkin ini sebagai bentuk peralihan agar pembaca tidak bosan, atau sebagai peringatan bahwa tak selamanya seorang detektif partikelir, mantan tentara Angkatan Darat itu selalu bisa merasa aman. Strike yang berhasil lolos dari bom Afghanistan, ternyata belum 100% lolos dari masa lalunya yang begitu mencekam. Entah bagaimana novel ini ketiga ini ditulis, tapi bagian-bagiannya seperti sudah disimpan pada novel pertama dan kedua, seperti potongan daging beku yang disimpan di freezer yang akan dikeluarkan pada waktunya.
Lirik lagu Blue Oyster Cult dikirimkan bersama potongan kaki perempuan yang dialamatkan kepada Robin , Asisten Strike. Seolah menyindir, pengirim ini jelas mengetahui sebelah kaki Strike yang diamputasi karena terkena bom di Afghanistan. Sebelum Strike dan Robin berhasil menghentikannya, pembunuh kembali beraksi dengan sepak terjang yang semakin parah.
Mimpi Buruk
Penerjemah novelnya, Siska Yuanita bilang, Career Of Evil ini membawanya mimpi buruk dengan emosi yang naik turun saat menerjemahkannya, bahkan Rowling mengakui dia mengalami mimpi buruk berkali-kali saat menyelesaikan tulisan ini. Semua orang yang sudah membaca novelnya dalam diskusi tersebut menyatakan hal yang sama, emosi naik turun, mimpi buruk, page turner dan rasa kesal begitu mendapati mereka sudah membuka halaman terakhir.
Emosi Naik Turun
emosi kita akan naik turun , seolah-olah kita bisa rasain kegelisahan Strike, perasaan Robin yang mulai baper. Kadang ditengah-tengah baca , saya ngerasa ikutan capek nyari pembunuh dan pas mau buka buku lanjut lagi, gak tau kenapa ada perasaan gak siap ketemu kenyataan yang sebenarnya, takut ketemu tiba-tiba sama si pembunuh. Kenapa ya? padahal jelas-jelas si pembunuh ada di London, Indonesia masih aman !
Resensi : The Cuckoo's Calling (Dekut Burung Kukuk)
Judul : The Cuckoo's Calling (Dekut Burung Kukuk)
Penerbit : Gramedia Pustaka
Edisi : Soft Cover
Tahun Terbit : 2013
Tahun Terbit : 2013
Penulis : Roberth Galbraith
Alih bahasa : Siska Yuantita , Aan Mansyur
Jumlah halaman : 520
Alih bahasa : Siska Yuantita , Aan Mansyur
Jumlah halaman : 520
Novel ini diawali dengan tewasnya Seorang Supermodel bernama Lula Landry, yang ditemukan jatuh dari balkon kamarnya. Hasil penyelidikan polisi menyatakan bahwa Lula Landry tewas karena bunuh diri, namun kenyataan tersebut tidak dipercayai oleh Kakak korban, John Bristow. Berangkat dari ketidakpercayaan tersebut , John menyewa jasa Cormoran Strike, seorang detektf partikelir yang hidupnya sedang dirundung banyak masalah. Bagaikan mendapat angin segar , Strike menerima kasus ini dengan bayaran yang menggiurkan. Namun ternyata bayaran tersebut tidak sepadan dengan kenyataan pahit dan gelap yang justru bisa mengancam hidupnya.
Keterbatasan
fisik Strike yang berkaki satu bukan halangan baginya dalam penyelidkan, Ia
mampu mengungkap informasi dari kerabat-kerabat terdekat Lula yang
membuat kita merasa berpetualang dalam dunia gemerlap selebritas London,
didukung oleh teman-temannya yang unik dan hebat dari Angkatan Darat,
kepolisian dan jaringan lain , sepak terjang Strike tentu tidak diragukan lagi.
Pada
awalnya Strike merasa pencariannya mungkin tidak akan membuahkan hasil, karena
kepercayaannya akan kredibilitas kepolisian yang mana mungkin melewatkan satu
titik ganjil dalam kasus ini. Bila hasilnya adalah Lula memang bunuh diri,
tentu tidak ada fakta lain, Tapi ini menjadi tantangan bagi Strike untuk
menyelidiki semua detail-detail yang barangkali bisa menjadi peluang adanya fakta
lain yang tentu akan membuat kita shock di akhir cerita
kriminal ini.
Bukan
detektif biasa
Menjadi
seorang detektif tidak melulu dengan kacamata ataupun kaca pembesar, dalam buku
ini Strike malah digambarkan memiliki perawakan besar, dengan brewok sana sini,
tanpa kacamata maupun kaca pembesar. Sesekali untuk menyelidiki orang, Ia
menggunakan mesin pencarian Google sedangkan kemampuannya untuk menginvetigasi
dan menyelidiki diperolehnya dari pengalaman sebagai Cabang Investigasi khusus
di Angkatan Darat.
Detektif
yang akrab dengan dunia hiburan
Memiliki
latar belakang militer, bukan berarti membuat Strike menjadi sosok yang kaku.
Terlahir dari seorang wanita supergroupie dengan hubungan
tidak sah dengan penyanyi rock terkenal yang menjadi
ayah Strike , menyebabkan hidup dalam keadaan nomaden dan masuk ke segala jenis
pergaulan. Tak hanya itu, mantan tunangan Strike juga seorang Supermodel
cantik yang memaksanya makin akrab dengan popularitas kehidupan dunia hiburan.
Ditulis
oleh Penulis Fenomenal
Kebanyakan
penulis serial detektif , paten dan melekat dengan hasil karyanya seperti
Agatha Christie, S Mara GD, atau Herge. Tapi siapa sangka penulis Serial
detektif Cormoran Strike ini adalah JK. Rowling yang sengaja menggunakan nama
samaran Robert Galbraith, Ia ingin terlepas dari bayang-bayang Harry Potter.
Seolah-olah Harry Potter milik Rowling dan Cormoran Strike milik Galbraith.
Walaupun Rowling terkenal sebagai penulis Harry Potter yang terkenal
fantasy, ternyata Ia juga memiliki rasa gelap yang dapat dituliskannya seolah
menjadi nyata. Well, sekali lagi Rowling membuktikan sihirnya dalam sebuah buku
dengan kisah yang berbeda :)
Rating 4,0/5,0
Rating 4,0/5,0
Foto :
Tannya
Resensi : The Silkworm (Ulat Sutra)
Judul : The Silkworm (Ulat Sutra)
Penerbit : Gramedia Pustaka
Penulis : Robert Galbraith
Edisi : Soft Cover
Tahun Terbit : 2014
Alih Bahasa : Siska Yuanita
Jumlah halaman : 532
Kasus yang dipegangnya terlihat biasa saja, seorang istri penulis bernama Leonora Quine mencari suaminya yang kabur dari rumah, Owen Quine. Didasari oleh rasa bosan karena Strike menyelesaikan kasus yang repetitif dan kasihan kepada Leonora Quine yang malang, Strike memulai pencariannya dan berharap Ia dapat menemukan dan membujuk Owen untuk pulang kepada istrinya. Namun hasil pencariannya mengejutkan, Owen Quine ditemukan mati terikat dan kehilangan bagian tubuhnya, setelah diselidiki Owen baru saja menyelesaikan novel yang berjudul Bombyx Mori (bahasa latin, Ulat Sutra) isi novel tersebut menuai kontroversial karena menyinggung tajam beberapa orang yang dikenalnya, maka peluang untuk orang-orang tersebut untuk melenyapkan Owen Quine semakin besar. Lewat naskah novel karangan Owen Quine yang begitu menjijikan dan mengerikan ini, Strike dipaksa berpikir keras untuk mencari sang pembunuh keji yang menyebabkan Ia berhadapan dengan kerabat lamanya di Kepolisian, namun bukan kerjasama yang terjalin, malah keretakan yang terjadi diantara mereka karena rasa egois dan pendapat yang tidak berimbang.
Leonora sang istri malang kini harus menanggung kenyataan bahwa suaminya tak hanya kabur dari rumah, juga harus menjaga anak mereka yang memiliki keterbelakangan. Di tengah kesulitan yang Leonora alami seakan tidak cukup, polisi malah menangkap Leonora dengan bukti-bukti gegabah yang ditemukan sebagai pembunuh suaminya sendiri.
Strike dan Robin berpacu dengan waktu, mereka harus segera menemukan pembunuh Owen Quine bukan hanya sebagai penutup kasus tapi juga sebagai penyelamat Leonora yang sama sekali tidak bersalah .
Hindari makan, sambil membaca
Jika anda hobby membaca sambil makan, maka untuk buku ini kurang disarankan membaca sambil makan , atau jika anda memaksa silahkan tanggung sendiri resikonya :)
Pada beberapa halaman kita akan menemui hal-hal kotor, mesum yang terlalu menjijikan untuk keluar dari mulut apalagi dibayangkan. Seperti detail kondisi mayat Owen Quine ketika ditemukan, juga isi novel Bombyx Mori yang bahasanya terlalu eksplisit seolah menggambarkan sosok Owen Quine sebagai penulis yang menghalalkan segala kosa kata hanya karena menurutnya itu dalam konteks sastra.
Dunia yang berbeda
Berbeda dengan buku pertama petualangan Strike yang berada dalam dunia hiburan, kini petualangan tersebut akan menguak dunia sasta, kepenulisan di London. Strike mulai menemui penerbit, editor juga penulis-penulis novel seperti Owen Quine.
Tokoh baru dan kisah yang semakin gelap
Dalam penyelesaian kasus ini, Strike mendapat dukungan dari tokoh-tokoh baru. Tak hanya itu , penderitaannya juga baru, kisah percintaan Strike semakin gelap, mantan tunangan yang dulu pergi darinya, bukan hanya pergi tapi telah menyandang status baru yaitu menikah seolah-olah dinding diantara mereka makin dipertebal dan ditinggikan sehingga tak bisa ditembus lagi.
Akankah ada kasus berikutnya?
Setelah hasil akhir yang kembali membuat kita tercengang, kita akan dibuat menunggu kasus selanjutnya. Kasus apalagi yang dapat menjadi sepak terjang Cormoran Strike? Klien mana lagi yang memiliki masalah hingga harus mendatangi Strike? Penjahat mana lagi yang akan dikejar Strike? Sanggupkah Strike menyelesaikannya tanpa luka dan bahaya?
Rating : 3,5/5,0
Foto : Santmagazine
Subscribe to:
Posts (Atom)