Wednesday, June 11, 2014

Antara Kita, Lampion dan Tugas Akhir (Part 1)

"Tulisan ini didedikasikan untuk behind the scene Film Dokumenter Emas Hitam di Tanah Jawa".
-Tannya

Siapa yang tak tahu Candi Borobudur? Sebuah situs bangunan termegah di Indonesia, Mahakarya anak bangsa yang mendunia. Namun kami berlima (aku, lury, dwi, soni, dessy)  lebih menyukai nama "emas hitam" untuk memanggilnya. Karena bagi kami Borobudur adalah sesuatu yang berharga bagaikan Emas, namun warnanya hitam karena terbuat dari batu. Tak lepas dari asuhan dosen pembimbing tugas akhir kami menemukan nama tersebut.



Februari 2013...
Disaat teman-teman yang lain sibuk memikirkan masterpiece untuk tugas akhirnya, kami pun juga tak kalah. Untuk jurusan Broadcasting di Akademi Bina Sarana Informatika tugas akhir adalah waktu menunjukan eksistensi dalam berkarya dan berproduksi, hasil dari belajar selama 6(enam) semester, prestasi yang membanggakan sehingga menuntun kami menuju JCC Senayan untuk memindahkan tali toga dari kiri ke kanan. Tiap gang-gang kampus seakan menjadi tempat yang pas untuk menaruh 5-7 pantat mahasiswa sambil berdesas-desus soal tugas akhir mereka, ada yang dirahasiakan, ada pula yang digembar-gemborkan. Kami berlima bersimpuh sambil berebut memikirkan cikal bakal si tugas akhir.  Sampai akhirnya temanku yang bernama Soni (berposisi sebagai editor di film ini), terpikirkan untuk membuat film dokumenter yang menceritakan Candi Borobudur, entah tersihir atau something called chemistry? bisa-bisanya kita berempat mengangguk setuju bahkan antusias. Sayangnya ide kita berlima mentok di bahan dokumenter tapi gak nemu judul programnya. Ibarat udah ada bayi di rahim, tapi belum tau mau di kasih nama siapa? Berbekal 5 tiket kereta ekonomi pulang pergi Senen-Jogjakarta (Lempuyangan) kami memulai riset ke Candi Borobudur. Riset pertama ini tentu saja dibumbui kebingungan dan sedikit campuran ke-sok-tau-an (yah..mereka selalu sepasang). Bukannya berkeliling dengan guide, kita malah asik keliling berlima-limaan pake foto-foto narsis

Payung?Payung? ya...ya... itu payung !!! Aneh ya liat 5 Anak muda kece ke Borobudur bawa payung. *tepok jidat* Well, si payung adalah payung sewaan Rp. 5.000,-/pcs  dan bocor, iya bocor!!! Kita berlima terpaksa sewa payung ini, karena Borobudur diguyur hujan deras. Tapi berkat tekad dan semangat yang kuat (cieeh) akhirnya kita berlima sampai di atas Borobudur, sepi tanpa pengunjung lain (mereka cemen takut ujan). Buktinya kita berlima foto pake tripod di self timer makanya posisinya renggang-renggang gituh, gak ada yang ngarahin, (waktu itu belum jaman tongsis lho) :0

Alhasil, kita berlima pulang ke Jakarta dengan buah tangan foto kece (buat pamer di facebook)  dan tak lupa kaos, sendal joger :D .

Bimbingan pertama dimulai....

Dengan wajah tegang dibumbui sedikit sok tau, kami berlima masuk ke dalam ruang bimbingan berbekal Treatment dari Sang Sutradara, Lury. Percakapan dingin pun terjadi antara kami berlima dan dosen pembimbing.

Dosen : "Kalian ambil Tugas Akhir apa?"

Kami : "Dokumenter, Pak"
Dosen : "Ah...bosen saya dokumenter lagi, sudah berapa kelompok yang saya bimbing ngambil dokumenter, gak ada yang drama apa? animasi kek?!"
Kami : (Diam lirik-lirikan)
Dosen : "Ok, mau produksi dimana?"
Kami : "Magelang-Jogja Pak"
Dosen : "Lho, Jogja lagi, Jogja lagi. Sudah berapa kelompok yang saya bimbing kebanyakan produksinya di Jogja, Apa karena kebetulan saya orang Jogja ya?"
Kami : (Diam lagi)
Dosen : "Apa yang kalian mau angkat untuk jadi dokumenter?"
Kami : "Borobudur, Pak"
Dosen : "Hah, aduuuh kalian ini. Udah ngambil dokumenter, di Jogja Magelang, Borobudur lagi. Gak ada yang lain apa?"
Kami : (Diam lagi)
Dosen : "Apanya yang kalian ceritakan dari Borobudur ini? awas ya kalo gak bagus, gak saya ACC lho...!!"
Saya, produser : "Konstruksi bangunannya, Pak"
Lury, Sutradara : "Ini saya ada Treatment Pak, mungkin Bapak bisa liat"
Dessy, Penata Kamera : "Saya ada stock photonya juga, Pak"
Dwi, Penulis Naskah : "TORnya saya buat dari Treatment sutradara, Pak"
Soni, Editor : (Hanya manggut, manggut, mengetuk-ngetukan jarinya ke meja. Entah apa yang dipikirkannya? Mungkin gelisah karena sudah terlambat kerja atau menyiapkan ide lain jika tema kami tidak di ACC)
Dosen : (Muka bingung, diberondong kesiapan kami)"kalian udah berani bikin ini? memangnya sudah riset?"
Kami : "Sudah Pak"
Dosen : "Lho, sini Treatmentnya saya baca dulu, main riset aja. Gimana kalo gak saya ACC?!!"
Kami : (Komat-kamit berdoa, kalo ini gak di ACC, lenyaplah uang kami, impian kami, cita-cita kami dan yang terpenting gengsi kami, udah upload foto di Borobudur, masa gak di ACC? Apa kata dunia).
Dosen : (Menyerngitkan alisnya berkali-kali, untung nih dosen agak ganteng, jadi mukanya gak aneh-aneh amat lah) "Katanya konstruksi, kok saya baca isinya gak nyambung yah?"
Kami : "JLEB"
Dosen : "Kalian gak bener-bener riset yah?"
Kami : "riset Pak, beneran kok (riset=foto-foto, jalan-jalan, belanja)
Dosen : "Ok, sutradara ganti Treatmentnya. Coba riset satu kali lagi, yang bener-bener ya, cari narasumber, cari lokasi sewa equipment, tanggal 12 Mei kalian berangkat riset ya, kalau saya sudah setuju kalian bisa produksi tanggal 25 Mei"
Kami : (Senang, sekaligus terkaget-kaget)


to be continue....

No comments:

Post a Comment